Sabtu, 08 Oktober 2016

Asal Garam SAMUDRA Sunan Drajat

Nama beliau adalah Biyati Ahwarumi, pemilik unit pengolahan GARAM merk SAMUDRA / Garam Murid Santri Sunan Drajat  , Ibu Biyati ini awalnya memang tidak tertarik menggeluti usaha garam. Maklum, harga garam krosok di tingkat petani saat itu  sangat rendah. 
Pengusaha yang baru berusia 25 tahun ini semakin terbuka setelah para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), mengenalkan alat pemurnian garam melalui program Iptek untuk Masyarakat (Iptekmas) pada tahun 2010. Inovasi teknologi karya Balitbang KP ini mampu mengubah kualitas garam krosok (K3) menjadi garam konsumsi (K1). 
Awalnya GARAM SUNAN DRAJAT hanya di kerjakan oleh 9 Pegawai yang yerdiri dari santri SUNAN DRAJAT dan sebagian berdomisi disekitar tempat pemrosesan garam tersebut. Dengan ketelitian dan keuletan pekerja tersebut hingga ahirnya  GARAM SUNAN DRAJAT diproses dengan standart kelayakan konsumsi dan kemasan indonesia, juga siap di pasarkan di pasar desa sekitar desa Drajat.
Biyati termasuk salah satu penerima alat pemurnian garam tersebut. Ia mempekerjakan sembilan pegawai yang berasal dari Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Sebelum bekerja, me-reka diberi pelatihan dan pendampingan. Pro-ses ini tidak berlangsung lama karena para santri yang diajari cepat tanggap.
Seluruh pekerjanya tergolong berusia muda. “Setelah tamat dari Ponpes Sunan Drajat ini mereka sudah mempunyai bekal, terutama dalam pengolahan garam konsumsi,” ujar Biyanti.
Menurutnya, konsumsi garam di Lamongan tergolong tinggi. Saat ini, tercatat ada sekitar 7 ton garam konsumsi per hari untuk memenuhi wilayah Lamongan saja. Sedangkan wilayah lain di luar Lamongan belum terpenuhi. “Permintaan sangat banyak. Sedangkan kapasitas mesin produksi kami baru mampu 2 ton per hari,” ungkap wanita kelahiran Lamongan, 12 Juli 1989 ini.
Dengan produksi tersebut, kini nilai omzetnya mencapai Rp 85 juta per bulan. Tak heran jika dalam waktu 2 tahun, usahanya telah mencapai break even point (balik modal).

Biyati mengaku senang dengan teknologi pemurnian garam yang dikembangkan Balitbang KP. Selain mampu mengolah garam krosok menjadi garam konsumsi bernilai jual tinggi, sistem kerja mesinnya juga sangat cepat. “Untuk memproduksi 2 ton garam, hanya perlu waktu 8 jam. Garam yang dihasilkannya pun telah memenuhi standar nasional dengan kadar Natrium Khlorida (NaCl) mendekati 95%,” jelasnya.
Ia berharap ke depan mampu memproduksi garam 10 ton per hari. “Mudah-mudahan ke depan Balitbang KP kembali menciptakan alat pemurnian garam yang kapasitasnya lebih besar dan tahan lama. Sehingga target kami untuk memproduksi garam 10 ton per hari dapat tercapai. Jika target tersebut bisa terpenuhi, maka garam Samudra dapat menjadi pemasok untuk ritel,” ujarnya penuh bersemangat.
Untuk Pemesaan GARAM SUNAN DRAJAT / GARAM SAMUDRA
Hubungi
Saudara ROHMAD
085606615014

2 komentar: